JEPARA – Sepuluh mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang beserta para dosen Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota melakukan pemaparan penelitian berkaitan dengan pariwisata dan dampak abrasi sepanjang pantai Jepara di Ruang Command Center Sekretariat Daerah Jepara, Selasa, (14/3/2023).
Rombongan diterima oleh Kepala Bidang (Kabid) Pemuda dan Olahraga Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Haryanto mewakili Penjabat (Pj.) Bupati Jepara Edy Supriyanta, Sekretaris Dinas Pariwisata Amin Ayahudi, Sekretaris Dinas Perikanan Isnan Haryoko, dan Kabid Ekonomi Prasarana dan Pengembangan Wilayah Bappeda Dwi Yogo Adiwibowo.
“Pertama saya sampaikan permohonan maaf dari Bapak Pj. Bupati karena berhalangan hadir, beliau menitipkan salam dan apresiasi kepada adik-adik mahasiswa yang telah melaksanakan penelitian di Jepara,” kata Haryanto.
Tim pertama mengangkat tema mengenai Optimalisasi Kawasan Teluk Awur. Sebab menurut ketua tim pertama Desvia, menyebutkan bahwa teluk awur memiliki potensi wisata melalui beberapa zonasi. Seperti zona wisata alam, wisata religi, hingga zona wisata edukasi.
“Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, kami menawarkan dua konsep yaitu Kawasan Aglomerasi Wisata yang Integratif dan Kawasan Aglomerasi Wisata yang Tangguh Bencana,” ujarnya.
Konsep pertama menurutnya terkait dengan lokasi wisata di sekitar teluk awur yang terpisah-pisah dan memerlukan infrastruktur yang terencana. Sedangkan konsep kedua dirinya menyebutkan bahwa daerah sekitar Teluk Awur juga menjadi salasatu daerah yang berpotensi terkena abrasi. Sehingga program perencanaan mitigasi bencana harus menjadi perhatian khusus, sehingga kawasan wisata dapat secara mandiri menghadapi potensi bencana.
Septian Syekti ketua tim kedua memaparkan tema Fenomena Abrasi dan Sea Level Rise di Pantai Barat Jepara. Ia menjelaskan bahwa kondisi abrasi di Kecamatan Kedung dan Kecamatan Tahunan yang menkhawatirkan hingga sebanyak 6,08 hektar dari 2001 hingga 2021. Hal tersebut dapat menyebabkan tenggelamnya wilayah Jepara di kemudian hari.
“Apabila ini dibiarkan, diperkirakan pada tahun 2100 tinggi air laut akan naik sekitar 53 cm dibandingkan sekarang,” ucapnya.
Septian menjelaskan bahwa hal tersebut dapat berdampak pada kerugian ekonomi dan infrastruktur. Timnya memperkirakan beberapa sektor yang mengalami kerugian antara lain tambak, pemukiman, sempadan sungai dan sawah irigasi.
“Kami menawarkan beberapa opsi, dari penelitian kami opsi proteksi menjadi rekomendasi kami,” katanya.
Opsi proteksi yang ditawarkan yakni pembuatan coastal road (jalan sepanjang pantai) yang terintegrasi dengan tanggul laut, pembangunan dan peninggian talud, kolam retensi, penyedian buffer zone dengan konsolidasi lahan, pembuatan kawasan mangrove, pembuatan dermaga yang terintegrasi dengan pemecah ombak, dan penyediaan jalur evakuasi dan titik kumpul.
“Opsi ini kami pilih karena wilayah Kedung dan Tahunan yang terancam tenggelam di tahun 2100 paling tidak aman terlebih dahulu. Apabila wilayah ini sudah aman, harapannya potensi ekonomi dan investasi di sana dapat berkembang,” tandasnya.
Haryanto mengapresiasi penelitian yang dilakukan para mahasiswa. Penelitian yang dilaksanakan menurutnya akan menjadi bahan pertimbangan Pemkab Jepara dalam memutuskan kebijakan. (DiskominfoJepara/Reza)