JEPARA – Perkembangan teknologi saat ini sangat luar biasa. Karena luar biasanya, jika tidak terbiasa kita bisa kaget. Termasuk saat belajar dalam hal apapun, saat ini kita bisa dengan mudahnya klik “Mbah Google” dan informasi bisa langsung keluar.
Hal itu disampaikan oleh Ketua DPRD Kabupaten Jepara Haizul Ma’arif atau akrab disapa Gus Haiz dalam Pertemuan Penggiat Media Sosial bertema Sukseskan Pemilu 2024, Tangkal Berita Hoaks. Acara tersebut diselenggarakan di Kantor Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara pada Sabtu, (11/3/2023). Pertemuan ini diikuti oleh 60 penggiat media sosial dari kaum milenial dan generasi Z di seputar Kecamatan Nalumsari.
Dalam pemaparannya ia menekankan mawas diri dan kehati-hatian dalam bermedia sosial karena dalam media sosial, tidak semuanya yang mengunggah selalu amanah. Sehingga bisa jadi memberikan manfaat atau bisa menyesatkan orang-orang.
“Jadi memang berita hoaks tidak hanya hari ini saja tetapi sudah lama. Kita harus putus rantai itu, pasti tidak ada yang membolehkan fitnah hoaks,” ucap Gus Haiz.
Gus Haiz menambahkan pentingnya media sosial menjelang pemilu yang biasa diiringi dengan peningkatan hoaks. Jadi, suhu politik dan suhu di media sosial harus benar-benar dijaga. Di momentum itu, Haiz mengajak untuk ikut perang melawan hoaks. Ia mengatakan pula bahwa bagi penyebar hoaks, ancaman dunia adalah UU ITE dan ancaman akhirat adalah neraka.
Arif Darmawan selaku Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Jepara menyampaikan mengenai pekembangan media sosial dan menangkal berita hoaks.
Kepala Diskominfo itu menjelaskan bahwa saluran yang paling banyak memberitakan hoaks adalah media sosial sebesar 92,4% dan yang terendah adalah radio sebesar 1,2%. Sedangkan topik terbanyak hoaks adalah sosial politik atau pilkada dan pemerintah sebesar 91,8%.
“Kita tahu bahwa sejarah berita hoaks sudah setua peradaban manusia. Betapa kalau sebetulnya berita hoax itu kalau tidak hati hati bisa menjadi kehancuran,” katanya.
Kaitannya dengan media sosial dalam suasana jelang pemilu, para generasi muda bisa berkreasi melalui media sosial.
“Sebagai mana melalui media sosial seperti pisau bermata dua. Para pengguna media sosial bisa mencermati lalu lintas para kontestan politik menjelang pemilu. Tidak perlu menebar kebencian dalam tahapan pemilu. Yang paling penting adalah partisipasi kita dalam pemilu,” jelas Arif.
Nur Rohmad sebagai salah satu penggiat media sosial yang menyampaikan materi mengenai pengaruh media sosial terhadap masyarakat. Ia mengajak masyarakat untuk bijak dalam memanfaatkan media sosial, menjunjung etika dalam berkomunikasi, dan selektif dalam menyebarkan informasi.
“Jepara dulu itu dianggap sumbu pendek. Jangan sampai termakan isu hoaks di media sosial. Sebetulnya gesekan dalam politik itu sedikit tapi kalau dibumbui di media sosial jadi membahayakan,” kata Rohmad.
(DiskominfoJepara/Karisma)