JEPARA – Program “Kembali ke Meja Makan” yang diinisiasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bertujuan mempererat komunikasi keluarga. Program ini diharapkan dapat memperbaiki dinamika keluarga dan melindungi anak dari kekerasan serta dampak negatif gawai (gadget).
Pembahasan ini muncul dalam dialog interaktif Bincang Penak di LPPL Radio Kartini 94,2 FM Jepara, Sabtu (22/6/2024). Dialog bertajuk Festival Anak Jawa Tengah itu dipandu oleh Kepala Diskominfo Jepara, Arif Darmawan. Narasumber yang hadir antara lain Kepala DP3AP2KB Jateng, Pimpinan UNICEF wilayah Jawa, Kepala DP3AP2KB Jepara, Plt. Kepala Dinkes Provinsi Jateng, dan Ketua Forum Anak Jateng.
Kepala DP3AP2KB Jateng, Retno Sudewi, menyampaikan perkembangan perlindungan anak. Data menunjukkan kasus kekerasan anak meningkat dari 1.224 pada tahun 2022 menjadi 1.327 pada tahun 2023. Hampir 50 persen kasus adalah kekerasan seksual. Kenaikan ini terjadi karena masyarakat semakin berani melaporkan kejadian tersebut. “Sosialisasi terus digalakkan dari keluarga, orang tua, hingga anak-anak. Pelayanan aduan juga semakin dikenal masyarakat,” ujarnya.
Di sisi lain, Retno juga menyebut angka kasus perkawinan anak yang kini menurun, meski jumlahnya masih tergolong tinggi. Menurutnya, perkawinan anak berdampak luas pada kesehatan dan pendidikan anak. Program “Jo Kawin Bocah” menjadi salah satu upaya pencegahannya. Diketahui bahwa undang-undang perkawinan yang baru menetapkan usia minimum 19 tahun bagi laki-laki dan perempuan. “Kami harus menggerakkan kampanye masif untuk menghindari perkawinan anak,” katanya.
Ia pun menekankan pentingnya peran keluarga dalam perlindungan anak. Komunikasi antara ayah, ibu, dan anak sangat penting. Program “Kembali ke Meja Makan” diluncurkan untuk mempererat komunikasi keluarga tanpa gangguan gawai. “Sekarang sudah mulai ada peran ayah dalam keluarga. Gerakan Pria Peduli Perempuan dan Anak (Garpu Perak) juga telah berjalan,” tambahnya.
Pimpinan UNICEF wilayah Jawa, Arie Rukmantara, mengapresiasi pelaksanaan Hari Keluarga Nasional dan Hari Anak Nasional tingkat Jateng yang digelar di Kabupaten Jepara. Menurut Arie, tiga hal penting dalam acara tersebut adalah panggung untuk anak menyampaikan pendapat, format acara yang membebaskan anak-anak berkreasi, dan interaksi lintas kelompok yang inklusif.
Terkait program “Kembali ke Meja Makan”, menurutnya UNICEF sangat mendukung. Langkah ini mampu mengurangi risiko kekerasan daring (online). “Tahun ini, kami mengampanyekan anak-anak sehat, semua anak sekolah, dan pencegahan kekerasan anak,” ujarnya.
Sementara itu, Plh. Kepala DP3AP2KB Jepara, Hadi Sarwoko, menyatakan bahwa Jepara memiliki Forum Anak Jepara (Fajar) yang berkolaborasi dengan komunitas generasi berencana (Genre). Program “Sekolah Siaga Kependudukan” menjadi unggulan, dengan kegiatan grebek sekolah di tingkat SMP dan SMA. “Kami melibatkan anak-anak dari Fajar dan Genre untuk memberikan edukasi dan motivasi. Harapannya, dapat meniadakan kekerasan anak dan mencegah perkawinan dini,” kata Hadi.
Plt. Kepala Dinkes Jateng, Irma Makiah, menekankan pentingnya kesehatan anak untuk membentuk Indonesia emas pada tahun 2045. Pneumonia dan diare menjadi penyebab utama kematian balita dan bayi di Jawa Tengah. Penyakit tidak menular seperti obesitas dan diabetes pada remaja juga menjadi perhatian serius. “Untuk usia neonatus, 15 persen penyebab kematian adalah pneumonia dan 8 persen diare. Pada balita, 14 persen kematian disebabkan pneumonia dan 9 persen diare,” jelas Irma.
Ketua Forum Anak Jateng, Dandi Resando, menyatakan bahwa komunitasnya berkolaborasi dengan berbagai pihak. Program kerja Forum Anak Jateng, seperti “Poling Anak Jawa Tengah” atau Polah, turut menyosialisasikan isu pneumonia dan diare. “Kami susun suara anak dari penjaringan di kabupaten dan kota. Kerja sama menjadi kunci peran keberlanjutan,” katanya.
Program-program ini menunjukkan komitmen Jawa Tengah dalam melindungi dan memperjuangkan hak-hak anak. Upaya tersebut diharapkan terus berjalan dan memberikan dampak positif bagi generasi mendatang. (Diskominfo Jepara/AP)