Pendidikan Jadi Benteng Pelindung Kaum Perempuan

JEPARA – Kampanye perlindungan hingga pemberdayaan perempuan terus digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Jepara. Namun, semua itu belum cukup melindungi kaum ini dari kekerasan berbasis gender. Generasi perempuan berpendidikan dinilai lebih terproteksi dan tidak menjadi korban.

Penanganan kasus oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jepara terhadap 15 perempuan korban kekerasan sepanjang tahun 2023, disinyalir hanya “puncak gunung es”. Angka ini bisa saja baru sedikit yang muncul di permukaan. Sebab tak jarang beragam alasan menjadikan korban enggan melapor.

Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada DP3AP2KB, dokter Hesti Prihandari, mencatat sepanjang tahun kemarin terdapat enam kasus KDRT yang mendominasi. “Kasus KDRT kerap menimpa perempuan yang sudah menikah. Sedangkan perempuan yang belum menikah, rentan mendapatkan masalah kasus kekerasan seksual,” ungkapnya dalam dialog interaktif Tamansari Menyapa di salah satu stasiun radio di Jepara, Kamis (25/4/2024).

Kasus berikutnya yang ditangani DP3AP2KB ada kekerasan psikis, kekerasan seksual, penelantaran, dan pelecehan yang masing-masing dua kasus. Ditambah satu kasus kekerasan berbasis gender _online_, seperti ancaman menyebarkan dokumentasi pribadi pasangan. Selain penanganan kasus pihaknya juga memberikan program pendampingan terhadap korban.

Di samping itu, DP3AP2KB juga memiliki program pemberdayaan bagi perempuan kelompok prasejahtera. Salah satunya dengan mendukung kegiatan usaha, agar bisa mandiri dan berkontribusi dalam pembangunan. “Kami membuat kelompok pemberdayaan perempuan yang digabungkan dalam industri rumahan, seperti kuliner maupun tata rias. Alhamdulillah kegiatan ini sudah lumayan eksis,” kata Hesti.

Dalam kesempatan yang sama Ketua Komisi A DPRD Jepara Agus Sutisna menjelaskan, peran penting pendidikan bagi para perempuan. Perempuan berpendidikan, menurutnya mampu dan tahu cara menolak kekerasan seksual yang kemungkinan mereka alami. “Perempuan-perempuan yang tingkat pendidikannya rendah rentan dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” ujarnya.

Perkembangan zaman, teknologi informasi, media yang begitu terbuka, dia juga minta harus disertai dengan pendidikan yang cukup. Agar kelompok perempuan terhindar dari perlakuan yang tidak semestinya. Termasuk mendapatkan edukasi seksual sejak dini sesuai umur.

Mengenai perempuan rumah tangga yang bekerja dipesannya supaya memiliki niatan tulus. Memastikan keluarga tetap menjadi prioritas. Kesadaran pasangan, sikap saling percaya, merupakan aspek penting agar terhindar dari kemunculan konflik. “Harus bisa menjaga sikap, penampilan, dan menjaga harmonis keluarga,” kata dia. (DiskominfoJepara/AP)