JEPARA – Dampak musim kemarau mulai dirasakan sebagian masyarakat di Kabupaten Jepara. Beberapa warga desa mengeluhkan debit air sumur yang mulai mengecil. Hingga, Jumat (28/8/2020), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jepara mencatat 4 desa mulai kesulitan mendapatkan air bersih.
Kepala BPBD Jepara Kusmiyanto mengatakan, 4 desa tersebut yaitu Desa Kedungmalang (Kedung), Desa Clering (Donorojo), Desa Pendem (Kembang), dan Desa Tengguli (Bangsri). Untuk Desa kedungmalang, laporan krisis air, ke PDAM Jepara sudah masuk tanggal 19 Agustus 2020. Sementara untuk Desa Clering, Pendem, dan Tengguli baru sebatas laporan.
“Untuk surat permohonan droping air bersih belum kita terima,” kata dia.
Disampaikan, menghadapi kemarau tahun ini BPBD juga sudah melakukan berbagai persiapan. Termasuk penyediaan tendon air, dan truk tangki untuk droping air bersih.
“Untuk tendon ada 35 buah masing-masing 1000 liter siap, sedangkan truk tangki air kapasitas pengiriman 5000 liter,” kata dia.
Meskipun sejumlah kegiatan terkena pemangkasan (refocusing), untuk penanganan Covid-19, namun khusus biaya penanganan kekeringan tidak dilakukan refocusing, yairu tetap sebesar Rp24 juta rupiah. Seperti tahun sebelumnya, jika terjadi kekeringan sejumlah perusahaan di Jepara juga ikut menyumbangkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kekeringan di Jepara.
“Tahun lalu ada 33 desa, dan 4 kelurahan yang terdampak kekeringan,” tuturnya.
BPBD Jepara, juga sudah melakukan pemetaan wilayah rawan kekeringan di Kabupaten Jepara. Tahun ini tercatat 47 desa yang masuk dalam desa siaga darurat bencana kekeringan. Hal ini sebaaimana tertuang dalam Surat Keputusan Bupati Jepara Nomor 360/287 Tahun 2020 tanggal 28 Juli 2020. Surat ini berlaku hingga 31 Oktober 2020.(DiskominfoJepara/Dian)