Ratu Kalinyamat Naik Panggung Nasional, Mas Bupati Wiwit Dukung Pementasan

JEPARA – Rencana pementasan teater Ratu Kalinyamat di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Jepara. Dukungan tersebut disampaikan langsung oleh Bupati Jepara, H. Witiarso Utomo, saat menerima audiensi Pengurus Kadin Jakarta Utara dan Yayasan Pembina Teater Jakarta, Rabu (23/4/2025).

Pertunjukan dijadwalkan berlangsung pada akhir Mei atau awal Juni 2025, dengan dua opsi lokasi yakni Teater Besar dan Graha Bhakti Budaya di kawasan TIM. Hal ini disampaikan oleh sutradara sekaligus Ketua Yayasan Pembina Teater Jakarta, Bambang Kelik, dalam pertemuan bersama Bupati Jepara dan jajaran di ruang kerja bupati.

“Beberapa bulan ini kami mencoba latihan Ratu Kalinyamat untuk kami pentaskan pada akhir Mei atau awal Juni di Taman Ismail Marzuki. Ada dua gedung pilihan, Teater Besar dan Graha Bhakti Budaya,” kata Bambang.

Bambang menegaskan, pementasan ini tidak hanya bersifat hiburan, tetapi juga mengedepankan ketepatan sejarah. Ia menyebut tim teater telah melakukan latihan intensif serta riset mendalam, termasuk ziarah ke makam Ratu Kalinyamat. Kunjungan mereka ke Jepara juga dimaksudkan untuk menggali data tambahan guna memperkaya isi naskah. “Kami tidak hanya berpikir tentang kepentingan artistik dan estetika, tapi juga harus akurat tentang data-data Ratu Kalinyamat,” tambahnya.

Sekretaris Yayasan, Agustono, menambahkan bahwa kelompoknya berkomitmen menghidupkan sejarah melalui panggung seni. Setelah sukses mementaskan legenda Aki Tirem tahun lalu, kini mereka membawa kisah pahlawan perempuan dari Jepara ke ruang pertunjukan. Ia berharap, pementasan ini bisa menjadi media pembelajaran sejarah, khususnya bagi generasi muda. “Kami berharap para generasi muda juga bisa mengenal sejarah-sejarah yang ada melalui apa yang kita lakukan atau kami lakukan,” tuturnya.

Pemerintah Kabupaten Jepara menyambut positif inisiatif ini. Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga, Ali Hidayat, menyerahkan buku sejarah Ratu Kalinyamat sebagai acuan penulisan naskah. Buku tersebut, menurutnya, disusun oleh tim akademisi yang kompeten di bidangnya. “Terkait dengan sejarah Ratu Kalinyamat, ini sudah pernah dibukukan oleh para profesor dari timnya Bu Rerie. Buku itu bisa dijadikan pedoman dalam pementasan,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Zamroni Lestiaza, menekankan pentingnya sensitivitas sejarah dalam penyusunan cerita. Ia menyarankan agar narasi difokuskan pada perjuangan Ratu Kalinyamat, di antaranya peran strategisnya dalam sejarah maritim nusantara.

Senada, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika, Arif Darmawan, menggarisbawahi pentingnya pelurusan tafsir atas kisah “Tapa Wuda”. Ia berharap aspek ini dapat dimaknai secara spiritual, sebagai simbol pelepasan duniawi pascakehilangan suami, bukan dipahami secara harfiah. “‘Tapa Wuda’ bukan berarti telanjang secara fisik, tetapi bentuk meninggalkan sisi keduniawian setelah kehilangan suami. Kami harap naskahnya bisa kami pelajari agar bisa memberikan masukan,” jelasnya.

Bupati Jepara yang akrab disapa Mas Wiwit menyampaikan apresiasi atas upaya pelestarian sejarah melalui seni pertunjukan. “Saya sebagai kepala pemerintah di Kabupaten Jepara ini mendukung sekali teater Ratu Kalinyamat. Masukan-masukan tadi penting agar tidak menimbulkan friksi,” ungkapnya.

Di samping itu, ia juga menambahkan perspektif sejarah yang jarang diungkap. Ratu Kalinyamat, dia nilai bukan hanya sosok pemberani dalam melawan penjajah. Tetapi juga tokoh kunci dalam sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Islam melalui warisan Alas Mentaok. “Kalau bicara sejarah sekarang, tidak akan ada Mataram kalau Ratu Kalinyamat tidak melakukan sayembara,” ujarnya.

Lebih jauh, Mas Wiwit membuka peluang bagi pertunjukan tersebut untuk ditampilkan pula di Jepara. Ia menawarkan Pendopo Kartini sebagai lokasi alternatif apabila tim bersedia membawakan naskah tersebut di tanah kelahiran sang ratu. (DiskominfoJepara/AP)