Lakon Wayang Parikesit Jumeneng Nata Sambut Peringatan Malam Syura

JEPARA – Memperingati tahun baru Islam (suro) 1 Muharram 1446 Hijriyah, Dewan Pengus Daerah Masyarakat Adat Nusantsara (DPD MANTRA) Kabupaten Jepara menggelar pentas seni wayang kulit di Pendopo Kartini, Kamis, (11/7/2024) malam. Pagelaran wayang yang mengambil lakon “Parikesit Jumeneng Nata” ini dihadiri Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bagian Pemerintahan Setda Jepara, Rapawi mewakili Penjabat (Pj) Bupati Jepara H. Edy Supriyanta, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Moh Eko Udyono, dan perwakilan Forkopimda.

Dalam sambutannya, Rapawi menyampaikan salam dan permohonan maaf dari Pj Bupati yang berhalangan hadir sebab melaksanakan tugas di luar kota.

“Alhamdulillah, meskipun bapak Pj Bupati berhalangan namun masyarakat yang menonton pagelaran wayang kulit ini cukup banyak dan antusias,” kata Rapawi.

Kurang lebih puluhan masyarakat menyaksikan pagelaran wayang kulit tersebut. Hal ini menurutnya menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia khususnya Jepara masih cinta dan peduli terhadap kelestarian budayanya.

“Wayang kulit ini digelar sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan seni budaya tradisional yang terus kita uri-uri dan lestarikan hingga nanti,” ujarnya.

Ia berharap seni budaya semacam ini dapat digelar diberbagai event untuk memperkenalkan budaya leluhur pada masyarakat utamanya generasi muda.

Pagelaran berdurasi dua jam ini dibawakan oleh kolaborasi dalang bapak dan anak yakni Kanjeng Raden Tumenggung Hendro Suryo Kartiko dengan putranya Mas Ngabehi Bima Maulana Rizki dari Padepokan Marga Langit, Bangsri.

“Saya harap kolaborasi bapak dan anak ini dapat membawakan ide cerita yang menarik dan menghibur masyarakat,” pungkas Rapawi.

Lakon Parikesit Jumeneng Nata atau Parikesit Menjadi Pemimpin sendiri mengisahkan tentang Parikesit cucu Arjuna dari putranya Abimanyu yang diangkat menjadi Raja di Hastina Pura.

Parikesit sebagai pemimpin muda dikisahkan mengalami berbagai rintangan dalam memimpin kerajaannya. Dalam penobatannya, rakyat menyambut dengan penuh harap agar kerajaan yang porak poranda dapat kembali bersinar di masa kepemimpinannya. Namun rintangan seperti pemberontakan hingga konflik dengan Aswatama putra Drona yang ingin membalaskan kematian ayahnya mewarnai perjalanan pemerintahan Parikesit di Hastina Pura.

Kisah Parikesit ini dapat kita teladani supaya menjadi pemimpin yang senantiasa belajar, mengikuti dinamika masyarakat, adil, dan mengutamakan kepentingan rakyat. (DiskominfoJepara/Reza)