JEPARA – Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Jepara Agus Sutisna menilai Kabupaten Jepara masih sangat kental akan budaya toleransi. Hal itu terungkap dalam Dialog Tamansari Menyapa dengan tema Membangun Kearifan Lokal Jepara di Radio R-Lisa pada Kamis, (4/4/2024) yang dipandu moderator Muhammad Safrudin selaku Sub Koordinator Bidang Media Massa Diskominfo Kabupaten Jepara.
“Kondisi yang masih sangat kental dengan toleransi, saling menyapa, dan saling memperhatikan satu sama lain. Kita harus bersyukur masih bisa tinggal di daerah ini. Jepara adalah tempat kondusif dengan kearifan lokal yang menunjang,” tutur Agus.
Agus Sutisna mencontohkan adanya beberapa even daerah yang hanya ada di Jepara. Salah satunya pesta lomban. Ia menafsirkan bahwa lomban menjadi momentum untuk berkumpul dan bersyukur atas anugerah yang diberikan Tuhan.
“Lomban bukan hanya milik nelayan tapi milik masyarakat Jepara. Nelayan bagian dari subyek terlaksananya, tp suka citanya milik masyarakat yang berbaur dengan penuh kegembiraan, karena ini salah satu ruang yang mempersatukan dari berbagai suku dan strata. Ini adalah pemersatu ini tidak semua daerah punya cara untuk mengekspresikan semua ini,” papar Agus.
Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Jepara itu juga mengukur bahwa kearifan lokal dapat mengundang hadirnya investor. Manakala pemerintah pusat dan daerah mampu mengotimalkan sinergi, maka kearifan lokal dapat menjadikan siklus di sektor kebudayaaan, sektor ekonomi akan terdampak positif.
“Bagaimana kearifan lokal jadi modal. Jepara tempat yang menunjang investor menjadi yang lebih baik,” tegas Agus.
Dalam kesempatan tersebut, ditegaskan pula upaya dan peran DPRD Kabupaten Jepara untuk menjaga dan membangun kearifan lokal Jepara.
“Tentu sebagai anggota DPRD yang punya fungsi pengawasan, anggaran, legislasi kita memaksimalkan peran kita. Dengan fungsi legislasi, bagaimana implementasi undang-undang desa agar bagaimana kearifan lokal dijalankan. Lalu dari bagaimana even kearifan lokal ini bisa dijalankan dengan sumber pendanaan yang cukup sigifikan baik dari APBN dan APBD. Fungsi kontrol,mana desa-desa yang belum optimal, mana desa yang potensi kearifan lokal yang dikemas bisa jadi ini bisa menarik wisatawan. Ruangnya difasilitasi agar bisa ditampilkan,” terang Agus.
Dialog itu juga mengupas tantangan terbesar dalam mengembangkan potensi yang berlandaskan kearifan lokal yakni adanya industri global. Menurut Agus, ruang yang nyaman itu perlu dipertahankan agar dapat menarik wisatawan.
“Kita dihadapkan sebuah tantangan luar bisa. Salah satunya tantangan mempertahankan potensi ukir yaitu globalisasi industri. Kita tidak menafikan itu. Kita besyukur mengenai Perda RTRW yang melokalisir industri. Ruang-ruang itu masih tetap dijaga oleh Pemkab Jepara untuk mempertahankan potensi. Misalnya d Desa Petekeyan,” ujar Agus.
Anggota dewan tersebut juga masih yakin kearifan menjadi modal untuk menjadi daya Tarik wisatawan tetapi tidak tergerus industri, melalui objek pariwisata dengan sajian budaya. (DiskominfoJepara/Karisma)